English Corner

Kontribusi Generasi Alay dalam Perkembangan Bahasa Indonesia

Kali ini saya ingin sedikit bicara tentang perkembangan Bahasa Indonesia. Saya sendiri selalu berpendapat bahwa :

  1. Bahasa adalah bunyi yang diberi makna
  2. Bahasa adalah sebuah ekspresi dari pengungkapan komunikasi universal.
  3. Bahasa bukanlah bawaan genetika, melainkan sebuah ekspresi komunikasi yang terbentuk karena kondisi lingkungan.
  4. Bahasa selalu berkembang untuk memenuhi kebutuhan komunikasi dan pengungkapan makna sesuai perkembangan jaman.
Oleh karena itu Bahasa baru dan ungkapan-ungkapan baru akan selalu muncul di setiap jaman. Bahasa harus selalu berkembang karena makin banyak hal yang harus diekspresikan dalam sebuah komunikasi. Jika bahasa tidak berkembang sesuai kondisi jaman, maka akan banyak sekali permasalahan komunikasi di jaman ini dan akan datang. Manusia akan sulit untuk menyatakan sebuah pemahaman karena perkembangan bahasa tidak mengikuti perkembangan pengetahuan. Misal, sekarang ilmu Fisika telah mencapai ranah sub atomik, ranah kuantum, jika tidak ada bahasa yang dikembangkan untuk menerangkan seluk beluk tentang hal ini, maka sulit pemahaman kuantum bisa menjadi sebuah pemahaman massal.

Kompeksitas abad ini juga memerlukan perkembangan bahasa yang baru, karena kompleksitas kegiatan-kegiatan yang memerlukan kecepatan, memerlukan bahasa yang efisien, tidak memakan waktu dan minim kesalahpahaman. Ilmuwan Bahasa perlu memperlakukan Bahasa sebagai sebuah teknologi, bukan lagi sekedar ilmu Bahasa, tetapi melihatnya sebagai sebuah teknologi komunikasi yang juga harus terus diriset dan dikembangkan. 

Meskipun bukan berupa wacana, tetapi hanya berupa Brainstorming, saya kira perlu juga ilmuwan Bahasa mulai lintas batas bidang kelimuannya dengan mengikuti perkembangan Neurologi dan Neuro genesis. Karena dengan memahami cara otak bekerja, maka di masa depan akan bisa dikembangkan sebuah bahasa yang lebih efisien untuk mempercepat pemahaman manusia akan sebuah pengetahuan atau makna.

Saat ini di kalangan remaja mulai terbentuk sebuah bahasa komunikasi baru, yang tercipta karena adanya perkembangan teknologi dalam perangkat komunikasi / gadget seperti SMS, BBM, YM dsb. Kita yang lahir di era baby boomers tahun 70-an mungkin akan kebingungan kalau berSMS dengan generasi Alay ini . Sebagai contoh saya pernah terlibat SMS seperti ini :

Saya : Retno (bukan nama sebenarnya), tolong nanti kalau saya dicari sama Pak Derry, kamu SMS saya ya.
Retno : Ea Pak, Q nti mz 

Lihat, ada kata baru EA, Q, nti, dan mz ! Ea = iya Q= aku, nti = nanti, dan mz = SMS hahahaha.....
Luar biasa.....ini adalah abad messenger, komunikasi dilakukan melalui messenger, dan generasi ini begitu ahli mengetik dalam kecepatan tinggi, nah ketika kebutuhan akan kecepatan tinggi ini muncul, maka terciptalah cara berbahasa yang baru. Dan keliatannya bukan cuma masalah kecepatan, tapi kebutuhan berkespresi juga memunculkan sebuah bahasa baru, kalo yang ini modelnya, bukan menyingkat, tapi melebih-lebihkan :
Kalian : Klianz
Gitu : gtw, Gitchu, Gituw
Lucu : Luthu, Uchul, Luchuw
Kemudian, kalau dulu ketawa hanya Hahahaa/ Hihihihi....maka sekarang banyak ragam seperti wkwkwkwk, kkkkkk, xixixixixixixi, buakakakakakak....dsb

Dulu di tahun 90-an, ada sebuah artikel di KOMPAS yang mengusulkan agar bahasa Indonesia tidak lagi menggunakan huruf vokal dalam penulisan, karena dengan menghilangkan huruf vokal dalam penulisan maka akan terjadi penghematan tinta besar-besaran. Jd mnls ckp sprt n .......kayaknya ide tersebut termaterialisasi di generasi alay sekarang ini :)

Apa yang dilakukan generasi alay ini bisa dianggap sebagai sebuah pekerjaan iseng atau ekspresi dari kelebihan energi mereka, tetapi bisa juga kita lihat sebagai sesuatu yang lebih serius, itulah cara sebuah bahasa terbentuk : Untuk memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai kondisi dan perkembangan jaman. Kalau tidak ada perkembangan gadget, saya tidak yakin bahasa alay akan terbentuk. Ini adalah sebuah kontribusi untuk teknologi bahasa yang selayaknya perlu diriset oleh para ahli bahasa. 

Bahasa Indonesia juga harus dikembangkan menjadi sebuah bahasa modern yang mampu memenuhi kebutuhan pengungkapan makna, maksud, dan kehendak dalam situasi yang serba modern ini. Jika ini bisa dilakukan, bukan tidak mungkin Bahasa Indonesia akan menjadi bahasa Internasional seperti halnya Bahasa Inggris.

-->